SOKOGURU - Tanggal 2 Mei merupakan momen memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas 2025. Lantas, mengapa pada tanggal 2 Mei?
Tepatnya hari Jumat, 2 Mei 2025 adalah peringatan Hardiknas. Meski bukan termasuk hari libur nasional, tanggal ini sangat bermakna bagi perjalanan dunia pendidikan Indonesia.
Kenapa Tanggal 2 Mei Dipilih sebagai Hardiknas?
Sebab, tanggal 2 Mei ini bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara, yang merupakan tokoh penting sekaligus pahlawan nasional juga dikenal sebagai menteri pendidikan pertama.
Baca Juga:
Sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan jasa-jasanya, Presiden Soekarno menetapkan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
Ketetapan tersebut, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 305 tahun 1959, yang dikeluarkan pada 28 November 1959.
Kontribusi besarnya terhadap pendidikan di Tanah Air sangat berdampak hingga sekarang ini. Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga dikenal lewat semboyan; Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Ki Hajar Dewantara yang lahir dari keluarga kaya dikenal berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.
Sebab, peraturan saat itu hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa usai kembali ke Indonesia.
Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia, dan ia wafat pada tanggal 26 April 1959. Pemilik nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat itu lahir dari keluarga ningrat di Yogyakarta, 2 Mei 1889.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia melanjutkan pendidikan di STOVIA tetapi tidak dapat menyelesaikannya karena sakit.
Akhirnya, ia bekerja menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.
Di samping itu, ketika Ki Hajar Dewantara diasingkan ke Belanda tidak hanya sendiri, melainkan dengan dua rekannya bernama Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiga tokoh ini kemudian dikenal sebagai 'Tiga Serangkai'. (*)